REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yussuf Poulsen menjadi salah satu sorotan di gelaran Euro 2020 lewat penampilannya bersama timnas Denmark. Kegemilangannya berhasil membawa skuad Dinamit sebagai kubu yang cukup diperhitungkan dalam turnamen antarnegara Eropa tersebut.
Perannya sangat penting dalam kesuksesan Denmark lolos dari babak penyisihan Euro 2020. Pasalnya, Poulsen dkk harus menelan dua kekalahan beruntun di dua laga pembuka. Insiden kolapsnya bintang Denmark Christian Eriksen sempat membuat tim tuan rumah tertegun dan terpuruk.
Namun tim besutan Kasper Hjulmand itu mampu bangkit. Di laga pamungkas Grup B, Denmark berhasil mengalahkan Rusia dengan skor 4-1 dan mendongkraknya ke posisi kedua klasemen akhir karena unggul agresivitas gol dari Rusia dan Finlandia.
Poulsen turut berkontribusi lewat sumbangan golnya di menit ke-59 kontra Rusia. Ia pun mencetak total dua gol di babak penyisihan sehingga membantu Denmark keluar dari kegagalan. Poulsen mencuri perhatian berkat gol cepatnya saat melawan Belgia pada Kamis, 17 Juni 2021.
Gol Poulsen bahkan termasuk gol tercepat kedua dalam sejarah Piala Eropa, dan gol tercepat di Euro 2020 untuk saat ini. Ia berhasil mencetak gol hanya dalam waktu 1 menit 39 detik.
Poulsen pun berperan mengantar Denmark hingga lolos babak semifinal Euro 2020 sebelum disingkirkan Inggris. Wajar bila skuad Denmark tidak bisa dipisahkan dari Poulsen sejak pertama kali membela negaranya di kompetisi internasional pada 2014. Namanya mulai mencuat di gelaran Piala Dunia 2018 ketika membela tim senior pertama kali di panggung bergengsi.
Perjalanan bomber RB Leipzig itu bisa dibilang penuh lika-liku. Poulsen merupakan anak dari seorang pelaut Muslim asal Tanzania yang menikah dengan perempuan asli Denmark. Sang ayah, Shihe Yurary, dan sang ibu, Lene Poulsen, menikah ketika Shihe sedang bertugas di Denmark.
Meski mengambil nama belakang dari sang ibu, Poulsen kerap menggunakan nama Yurary di kostumnya. Ini merupakan bentuk penghargaan kepada sang ayah yang meninggal dunia akibat kanker ketika Poulsen masih berusia enam tahun.
Namun, Poulsen kecil tetap ingin melanjutkan mimpi sebagai pesepak bola setelah sang ayah mengenalkannya pada si kulit bundar. Ia memulai perjalanan dengan menimba ilmu di tim junior Lyngby BK hingga akhirnya berhasil tampil bersama skuad utama Lyngby Liga Denmark musim 2011/2012.
Performa Poulsen dilirik oleh klub Bundesliga Jerman, RB Leipzig, yang saat itu baru lolos ke Divisi III Liga Jerman. Poulsen berjasa membawa Leipzig ke kasta tertinggi Bundesliga di musim 2016/2017.
Poulsen merupakan duet maut Leipzig bersama Timo Werner ketika keduanya beberapa musim lalu dipercaya pelatih Julen Nagelsmann untuk bekerja sama menggedor pertahanan lawan. Meski demikian, Poulsen tidak bisa dibilang tajam jika melirik catatan gol. Rekornya tak pernah melebihi 20 gol dalam satu musim. Namun, kemampuannya memang bukan pada seberapa mematikan di mulut gawang lawan, melainkan bagaimana cara menyetop serangan lawan sekaligus mengalirkan bola.
Poulsen memiliki keunggulan dalam urusan duel satu lawan satu. Tubuhnya yang memiliki tinggi 192 meter dimanfaatkan Leipzig untuk menjadi pertahanan paling awal dalam menyetop gempuran lawan, sekaligus menjadi pendamping bagi striker utama.
Loyalitas Poulsen juga dapat ditiru pemain lain. Setelah delapan tahun berseragam Leipzig, ia memilih terus memperpanjang kontraknya hingga 2024 mendatang. Striker berusia 27 tahun itu sampai saat ini belum mengikuti jejak rekan-rekannya yang hijrah ke klub lain.